ALAT
INDERA
Akmal, Yusrizal. DVM, MSi
Indera
pada manusia berfungsi sebagai reseptor atau penerima rangsang saraf. Rangsang
yang datang dapat berupa sentuhan, suara, cahaya, rasa, bau, yang dapat
dideteksi oleh masing masing indera manusia, yaitu :
1).
Kulit
Dekat
permukaan kulit terdapat reseptor yang dapat mendeteksi sentuhan halus,
reseptor tersebar tidak merata. Setiap sentimeter persegi kulit ujung jari terdapat
100 reseptor, sedangkan bagian belakang tangan hanya 10 reseptor.
Pada
berbagai vertebrata dapat menanggapi perubahan suhu. Ujung saraf pada kulit dan lidah merubah pola
aktifitas neuronnya ketika terjadi perubahan suhu
di sekitarnya. Reseptor panas (thermoreseptor) menghasilkan impuls saraf sebagai akibat peningkatan suhu
lingkungan, reseptor dingin segera menghasilkan
impuls saraf ketika suhu ujung saraf turun. Pada ular, perubahan suhu lingkungan digunakan untuk mendeteksi
mangsanya.
2).
Telinga
Kemampuan
untuk mendengar ialah kemampuan untuk mendeteksi vibrasi
mekanis yang kita sebut bunyi. Vibrasi ini dapat mencapai manusia melalui udara. Telinga luar berfungsi
mengkonsentrasikan gelombang suara, kemudian
masuk ke saluran pendengaran dan memukul gendang telinga (membran timpani), sehingga
berfibrasi. Selanjutnya vibrasi ini dilanjutkan ke tiga
tulang kecil yang disebut osikel juga berfungsi mengkonsentrasikan
vibrasi.
Telinga
tengah penuh dengan udara dan dihubungkan ke udara luar oleh tabung Eustachius ke dalam
nasofaring. Vibrasi mekanis dari osikel paling dalam
(sanggurdi) ditransmisikan melalui membran yang fleksibel (jendela oval) ke koklea (telinga bagian dalam, beruba
tabung panjang sekitar 3 cm yang menggulung
seperti rumah siput dan berisi limfa).
Di dalam
ruangan konlea bagian dalam atau tengah, terletak organ corti, yang
berisi ribuan sel “rambut” peka yang merupakan reseptor fibrasi sebenarnya.
Sel- sel rambut ini terletak di
antara membran
basilar dan membran tektorial. Vibrasi dalam cairan koklea menimbulkan
vibrasi dalam membran basilar. Hal ini menggerakan sel-sel rambut peka itu
terhadap membran tektorial, dengan demikian menstimulasinya. Impuls listrik
yang timbul dalam sel-sel ini kemudian mengawali impuls saraf yang menjalar
kembali sepanjang saraf auditori ke otak. Telinga merupakan reseptor
indera istimewa yang tepat dan serbaguna.
Banyak
orang muda dapat mendengar bunyi dengan frekuensi serendah 16 sampai setinggi
20.000 hertz (putaran per detik). Telinga juga dapat mendeteksi : (1) posisi
tubuh yang berhubungan dengan gravitasi dan, (2) gerakan tubuh. Gambar 8-11. Irisan
Memanjang Telinga dan bagian-bagiannya
3). Mata
Mata
manusia berbentuk agak bulat. Mata dibalut oleh tiga lapis jaringan yang
berlainan. Lapisan luar, yaitu lapisan sklera, sangat kuat, berwarna putih (putih
mata) kecuali di depan. Lapisan ini membentuk kornea yang bening, yang berfungsi
menerima cahaya masuk ke bagian dalam mata dan membelokkan berkas cahaya
sehingga dapat difokuskan. Permukaan kornea tetap basah dan bebas debu karena
sekresi dari kelenjar air mata.
Lapisan
tengah mata, yaitu lapisan koroid, amat berpigmen dengan melanin dan
sangat banyak pembuluh darah. Lapisan ini berfungsi untuk menghentikan refleksi
berkas cahaya yang menyimpang di dalam mata. Di bagian depan mata, lapisan
koroid membentuk iris. Iris juga dapat berpigmen dan bertanggungjawab
terhadap “warna” mata. Suatu bukaan, yaitu pupil (biji mata)
ada di tengah iris. Besarnya bukaan berbeda-beda dan dikendalikan secara otomatis.
Pada cahaya suram (saat ada bahaya), pupil membesar agar cahaya lebih banyak
masuk ke mata.
Pada
cahaya terang, pupil mengecil, untuk mencegah cahaya masuk berlebihan. Lapisan
dalam mata ialah retina. Terdiri atas reseptor cahaya (fotoreseptor)
yang sesungguhnya, yaitu batang dan kerucut, fungsinya sama seperti film pada
sebuah kamera.
Lensa
mata terdapat
tepat dibelakang iris. Posisi lensa dipertahankan oleh ligamen suspensori.
Biasanya lensa ditahan dalam tegangan sehingga sesuai dengan itu lensa memipih.
Akan tetapi , kontraksi otot yang melekat pada ligamen-legamen tadi
mengistirahatkannya sehingga membiarkan lensa itu berbentuk hampir seperti
bola. Perubahan bentuk lensa ini memungkinkan mata untuk mengubah fokusnya
(berakomodasi) dari obyek yang jauh ke obyek yang dekat atau sebaliknya.
Iris dan
lensa membagi
bagian dalam bola mata menjadi dua ruang utama. Ruang anterior berisi cairan
mengandung air, yaitu humor aqua; ruang posterior berisi bahan
seperti jeli yang teramat jernih, yaitu humor vitra. Gerakan bola
mata dilakukan oleh tiga pasang otot, aksi otot-otot yang terkoordinasi
memungkinkan mata digerakkan ke segala arah. Kalau lensa ataupun kornea
mempunyai ketidakteraturan dalam lekukannya, semua berkas cahaya yang memasuki
mata tidak difokuskan bersama-sama, cacat ini dinamakan astigmatisme.
Jika bola mata terlalu pendek, atau lensanya terlalu pipih atau terlalu tidak
fleksibel , berkas cahaya yang memasuki mata tidak dapat difokuskan saat
mengenai retina, hal ini disebut berpenglihatan
jauh dan
dapat dibantu dengan kaca mata dengan lensa cembung. Sebaliknya bila
mata terlalu panjang, atau lensanya terlalu membola dapat menyebabkan berpenglihatan
dekat. Bayangan obyek yang jauh difokuskan di depan retina dan
menjauhi fokus lagi sebelum cahaya itu benarbenar mengenai retina.
Kelainan ini dapat dibantu dengan kaca mata dengan lensa cekung. Lensa
mata yang memburam disebut katarak.
Mata
Cephalopoda dan Arthropoda. Pasangan mata cephalopoda (misalnya gurita,remis)
memiliki struktur dan fungsi yang kuat seperti mata vertebrata, termasuk
penempatan kornea, pupil, lensa, retina, dan bagian lain. Perbedaannya terletak
pada memfokuskan obyek, pemrosesan saraf dan anatomi, evolusi mata kamera pada
vertebrata dan invertebrata laut disebabkan luas area permukaan untuk mengatur
pigmen yang terlihat dan pada jaringan –kerja saraf untuk memulai pemrosesan
informasi visual. Sebaliknya, pada arthropoda seperti serangga, laba-laba dan
udang, memiliki mata majemuk yang disusun oleh beberapa unit optik yang disebut
omatidia. Masing-masing omatidium, diarahkan terhadap sudut yang berbeda dan untuk
maksud melihat bagian dunia yang berbeda. Pada omatidia kepiting cahaya masuk
melalui suatu lensa kedalammkelompok sel sensori (sel rerinular) yang memiliki
molekul pigmen penglihatan yang tesebar pada sejumlah mikrovili (secara
keseluruhan disebut rhabdomer). Ketika molekul pimen distimulasi, pembawa pesan
kedua dapat berperan, sel retinular mengalami depolarisasi, dan sel esentrik
tungga omatid menghasilkan dan menjalarkan impuls saraf ke otak. Mata majemuk
arthropoda berperan sebagai kumpulan lensa, cermin parabola, dan pemandu cahaya
yang membias, terpusat, dan
mendeteksi
tingkat cahaya yang rendah dan membantu penglihatan kedalaman yang baik.
4).
Lidah
Agar
suatu zat terasakan, zat tersebut harus larut dalam kelembaban mulut. Zat
tersebut dapat menstimulasi kuncup rasa (taste buds), hanya jika berada
dalam suatu larutan. Pada permukaan lidah manusia terdapat sekitar 10.000
kuncup rasa, beberapa diantaranya ditempatkankan pada papila lidah. Setiap
kuncup rasa memiliki kelompok sel reseptor rasa (gustatori). Lidah memiliki
reseptor untuk empat rasa yaitu manis, asin, asam dan pahit, masing-masing
ditempatkan pada zona tertentu di lidah. Ketika suatu larutan sampai dilidah,
beberapa senyawa berikatan kepada reseptor molekul pada permukaan mikrovili,
selanjutnya ion Ca dilepaskan, kemudian ion Na dan K mengalir ke dalam reseptor
rasa, dan neurotransmiter dilepaskan pada ujung yang berlawanan. Hal ini
merupakan aliran ion melintasi epitelium, dan menyebabkan saraf sensori
postsinaptik terdekat meningkatkan frekuensi dalam menghasilkan dan menjalarkan
impuls saraf, dengan demikian otak dapat menerima impuls tersebut dan
menterjemahkan rasa tertentu yang diterima lidah.
5).
Hidung
Reseptor
olfaktori sangat sensitif terhadap konsentrasi rendah bau-bauan di lingkungan.
Pada saluran hidung vertebrata, reseptor olfaktori terletak pada lembaran tipis
dari epitelium olfaktori. Reseptor ini merupakan neuron yang sebenarnya, ujung
paling luar setiap reseptor disusun mikrovili, yang menanambah area permukaan
dan mengandung reseptor molekul. Ujung paling dalam merupakan sebuah akson yang
membawa impuls saraf. Pada vertebrata
darat
termasuk manusia, molekul bau-bauan memasuki saluran hidung dan berikatan pada
protein pengikat-bau (Odorant Binding-protein/OBP) yang keluar dari
kelenjar tipis di dekatnya. Protein ini selanjutnya membawa molekul bau ke neuron
olfaktori.
Para
ahli biologi memperkirakan, pada epitelium olfaktori terdapat 10 tipe sel
reseptor, dan masing-masing bau memiliki afinitas dan dapat menempel pada tipe-tipe sel tersebut. Jika
molekul bau berikatan pada molekul reseptor glikoprotein, serta merta terjadi serangkaian
proses yaitu menyebabkan pembawa pesan (siklik AMP atau GMP) berikatan dan
membuka saluran protein pada membran sel. Selanjutnya menyebabkan ion Na+ memasuki
sel reseptor dan merubah keadaan polarisasi, impuls saraf juga dapat dihasilkan
secara cepat maupun lambat. Selanjutnya respon pada sel reseptor olfaktori
ditingkatkan, yang terdapat sebagai beberapa sistem sensori. Perubahan pada
pola perjalanan impuls menuju olfaktori bulb di otak, tempat dimulainya
pemrosesan informasi. Serabut saraf dari
olfaktori bulb ini bercabang dua pada bagian otak yang melibatkan memory dan
mood,, yaitu hipokampus dan sistem limbik. Hal ini dapat menjelaskan,
bagaimana bau-bauan kadang-kadang dapat memicu memory (ingatan) dan mood
(suasana hati).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar