Kamis, 03 September 2015

ALAT INDERA, Akmal, Yusrizal. DVM, MSi

ALAT INDERA

Akmal, Yusrizal. DVM, MSi



Indera pada manusia berfungsi sebagai reseptor atau penerima rangsang saraf. Rangsang yang datang dapat berupa sentuhan, suara, cahaya, rasa, bau, yang dapat dideteksi oleh masing masing indera manusia, yaitu :

1). Kulit
Dekat permukaan kulit terdapat reseptor yang dapat mendeteksi sentuhan halus, reseptor tersebar tidak merata. Setiap sentimeter persegi kulit ujung jari terdapat 100 reseptor, sedangkan bagian belakang tangan hanya 10 reseptor.

Pada berbagai vertebrata dapat menanggapi perubahan suhu. Ujung saraf pada kulit dan lidah merubah pola aktifitas neuronnya ketika terjadi perubahan suhu di sekitarnya. Reseptor panas (thermoreseptor) menghasilkan impuls saraf sebagai akibat peningkatan suhu lingkungan, reseptor dingin segera menghasilkan impuls saraf ketika suhu ujung saraf turun. Pada ular, perubahan suhu lingkungan digunakan untuk mendeteksi mangsanya.
2). Telinga
Kemampuan untuk mendengar ialah kemampuan untuk mendeteksi vibrasi mekanis yang kita sebut bunyi. Vibrasi ini dapat mencapai manusia melalui udara. Telinga luar berfungsi mengkonsentrasikan gelombang suara, kemudian masuk ke saluran pendengaran dan memukul gendang telinga (membran timpani), sehingga berfibrasi. Selanjutnya vibrasi ini dilanjutkan ke tiga tulang kecil yang disebut osikel juga berfungsi mengkonsentrasikan vibrasi.

Telinga tengah penuh dengan udara dan dihubungkan ke udara luar oleh tabung Eustachius ke dalam nasofaring. Vibrasi mekanis dari osikel paling dalam (sanggurdi) ditransmisikan melalui membran yang fleksibel (jendela oval) ke koklea (telinga bagian dalam, beruba tabung panjang sekitar 3 cm yang menggulung seperti rumah siput dan berisi limfa).

Di dalam ruangan konlea bagian dalam atau tengah, terletak organ corti, yang berisi ribuan sel “rambut” peka yang merupakan reseptor fibrasi sebenarnya. Sel- sel rambut ini terletak di
antara membran basilar dan membran tektorial. Vibrasi dalam cairan koklea menimbulkan vibrasi dalam membran basilar. Hal ini menggerakan sel-sel rambut peka itu terhadap membran tektorial, dengan demikian menstimulasinya. Impuls listrik yang timbul dalam sel-sel ini kemudian mengawali impuls saraf yang menjalar kembali sepanjang saraf auditori ke otak. Telinga merupakan reseptor indera istimewa yang tepat dan serbaguna.

Banyak orang muda dapat mendengar bunyi dengan frekuensi serendah 16 sampai setinggi 20.000 hertz (putaran per detik). Telinga juga dapat mendeteksi : (1) posisi tubuh yang berhubungan dengan gravitasi dan, (2) gerakan tubuh. Gambar 8-11. Irisan Memanjang Telinga dan bagian-bagiannya

3). Mata
Mata manusia berbentuk agak bulat. Mata dibalut oleh tiga lapis jaringan yang berlainan. Lapisan luar, yaitu lapisan sklera, sangat kuat, berwarna putih (putih mata) kecuali di depan. Lapisan ini membentuk kornea yang bening, yang berfungsi menerima cahaya masuk ke bagian dalam mata dan membelokkan berkas cahaya sehingga dapat difokuskan. Permukaan kornea tetap basah dan bebas debu karena sekresi dari kelenjar air mata.

Lapisan tengah mata, yaitu lapisan koroid, amat berpigmen dengan melanin dan sangat banyak pembuluh darah. Lapisan ini berfungsi untuk menghentikan refleksi berkas cahaya yang menyimpang di dalam mata. Di bagian depan mata, lapisan koroid membentuk iris. Iris juga dapat berpigmen dan bertanggungjawab terhadap “warna” mata. Suatu bukaan, yaitu pupil (biji mata) ada di tengah iris. Besarnya bukaan berbeda-beda dan dikendalikan secara otomatis. Pada cahaya suram (saat ada bahaya), pupil membesar agar cahaya lebih banyak masuk ke mata.

Pada cahaya terang, pupil mengecil, untuk mencegah cahaya masuk berlebihan. Lapisan dalam mata ialah retina. Terdiri atas reseptor cahaya (fotoreseptor) yang sesungguhnya, yaitu batang dan kerucut, fungsinya sama seperti film pada sebuah kamera.

Lensa mata terdapat tepat dibelakang iris. Posisi lensa dipertahankan oleh ligamen suspensori. Biasanya lensa ditahan dalam tegangan sehingga sesuai dengan itu lensa memipih. Akan tetapi , kontraksi otot yang melekat pada ligamen-legamen tadi mengistirahatkannya sehingga membiarkan lensa itu berbentuk hampir seperti bola. Perubahan bentuk lensa ini memungkinkan mata untuk mengubah fokusnya (berakomodasi) dari obyek yang jauh ke obyek yang dekat atau sebaliknya.

Iris dan lensa membagi bagian dalam bola mata menjadi dua ruang utama. Ruang anterior berisi cairan mengandung air, yaitu humor aqua; ruang posterior berisi bahan seperti jeli yang teramat jernih, yaitu humor vitra. Gerakan bola mata dilakukan oleh tiga pasang otot, aksi otot-otot yang terkoordinasi memungkinkan mata digerakkan ke segala arah. Kalau lensa ataupun kornea mempunyai ketidakteraturan dalam lekukannya, semua berkas cahaya yang memasuki mata tidak difokuskan bersama-sama, cacat ini dinamakan astigmatisme. Jika bola mata terlalu pendek, atau lensanya terlalu pipih atau terlalu tidak fleksibel , berkas cahaya yang memasuki mata tidak dapat difokuskan saat mengenai retina, hal ini disebut berpenglihatan jauh dan dapat dibantu dengan kaca mata dengan lensa cembung. Sebaliknya bila mata terlalu panjang, atau lensanya terlalu membola dapat menyebabkan berpenglihatan dekat. Bayangan obyek yang jauh difokuskan di depan retina dan menjauhi fokus lagi sebelum cahaya itu benarbenar mengenai retina. Kelainan ini dapat dibantu dengan kaca mata dengan lensa cekung. Lensa mata yang memburam disebut katarak.

Mata Cephalopoda dan Arthropoda. Pasangan mata cephalopoda (misalnya gurita,remis) memiliki struktur dan fungsi yang kuat seperti mata vertebrata, termasuk penempatan kornea, pupil, lensa, retina, dan bagian lain. Perbedaannya terletak pada memfokuskan obyek, pemrosesan saraf dan anatomi, evolusi mata kamera pada vertebrata dan invertebrata laut disebabkan luas area permukaan untuk mengatur pigmen yang terlihat dan pada jaringan –kerja saraf untuk memulai pemrosesan informasi visual. Sebaliknya, pada arthropoda seperti serangga, laba-laba dan udang, memiliki mata majemuk yang disusun oleh beberapa unit optik yang disebut omatidia. Masing-masing omatidium, diarahkan terhadap sudut yang berbeda dan untuk maksud melihat bagian dunia yang berbeda. Pada omatidia kepiting cahaya masuk melalui suatu lensa kedalammkelompok sel sensori (sel rerinular) yang memiliki molekul pigmen penglihatan yang tesebar pada sejumlah mikrovili (secara keseluruhan disebut rhabdomer). Ketika molekul pimen distimulasi, pembawa pesan kedua dapat berperan, sel retinular mengalami depolarisasi, dan sel esentrik tungga omatid menghasilkan dan menjalarkan impuls saraf ke otak. Mata majemuk arthropoda berperan sebagai kumpulan lensa, cermin parabola, dan pemandu cahaya yang membias, terpusat, dan
mendeteksi tingkat cahaya yang rendah dan membantu penglihatan kedalaman yang baik.

4). Lidah
Agar suatu zat terasakan, zat tersebut harus larut dalam kelembaban mulut. Zat tersebut dapat menstimulasi kuncup rasa (taste buds), hanya jika berada dalam suatu larutan. Pada permukaan lidah manusia terdapat sekitar 10.000 kuncup rasa, beberapa diantaranya ditempatkankan pada papila lidah. Setiap kuncup rasa memiliki kelompok sel reseptor rasa (gustatori). Lidah memiliki reseptor untuk empat rasa yaitu manis, asin, asam dan pahit, masing-masing ditempatkan pada zona tertentu di lidah. Ketika suatu larutan sampai dilidah, beberapa senyawa berikatan kepada reseptor molekul pada permukaan mikrovili, selanjutnya ion Ca dilepaskan, kemudian ion Na dan K mengalir ke dalam reseptor rasa, dan neurotransmiter dilepaskan pada ujung yang berlawanan. Hal ini merupakan aliran ion melintasi epitelium, dan menyebabkan saraf sensori postsinaptik terdekat meningkatkan frekuensi dalam menghasilkan dan menjalarkan impuls saraf, dengan demikian otak dapat menerima impuls tersebut dan menterjemahkan rasa tertentu yang diterima lidah.

5). Hidung
Reseptor olfaktori sangat sensitif terhadap konsentrasi rendah bau-bauan di lingkungan. Pada saluran hidung vertebrata, reseptor olfaktori terletak pada lembaran tipis dari epitelium olfaktori. Reseptor ini merupakan neuron yang sebenarnya, ujung paling luar setiap reseptor disusun mikrovili, yang menanambah area permukaan dan mengandung reseptor molekul. Ujung paling dalam merupakan sebuah akson yang membawa impuls saraf. Pada vertebrata
darat termasuk manusia, molekul bau-bauan memasuki saluran hidung dan berikatan pada protein pengikat-bau (Odorant Binding-protein/OBP) yang keluar dari kelenjar tipis di dekatnya. Protein ini selanjutnya membawa molekul bau ke neuron olfaktori.


Para ahli biologi memperkirakan, pada epitelium olfaktori terdapat 10 tipe sel reseptor, dan masing-masing bau memiliki afinitas dan dapat menempel pada tipe-tipe sel tersebut. Jika molekul bau berikatan pada molekul reseptor glikoprotein, serta merta terjadi serangkaian proses yaitu menyebabkan pembawa pesan (siklik AMP atau GMP) berikatan dan membuka saluran protein pada membran sel. Selanjutnya menyebabkan ion Na+ memasuki sel reseptor dan merubah keadaan polarisasi, impuls saraf juga dapat dihasilkan secara cepat maupun lambat. Selanjutnya respon pada sel reseptor olfaktori ditingkatkan, yang terdapat sebagai beberapa sistem sensori. Perubahan pada pola perjalanan impuls menuju olfaktori bulb di otak, tempat dimulainya pemrosesan informasi. Serabut saraf dari olfaktori bulb ini bercabang dua pada bagian otak yang melibatkan memory dan mood,, yaitu hipokampus dan sistem limbik. Hal ini dapat menjelaskan, bagaimana bau-bauan kadang-kadang dapat memicu memory (ingatan) dan mood (suasana hati).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar