MATERI 1- 7 Fisiologi Hewan
https://drive.google.com/folderview?id=0B01EoF6kSj62QW9fdVJSQ0pQSVk&usp=sharing
BERBAGI ILMU Ukuran kekayaan seseorang bukanlah buku tabungannya. Kekayaan seseorang terletak dari kualitas hatinya yang terpancar dari perilaku dan wataknya
Rabu, 28 Oktober 2015
Senin, 26 Oktober 2015
MATERI FISIOLOGI HEWAN MATERI 1-7 PDF. AKMAL Y
MATERI 1- 7 Fisiologi Hewan
Coba disini
https://drive.google.com/folderview?id=0B01EoF6kSj62QW9fdVJSQ0pQSVk&usp=sharing
1. PENDAHULUAN
Klik disini
2. FISIOLOGI SEL
Klik disini
3. MAKANAN DAN ENERGI
Klik disini
4. SISTEM PENCERNAAN PADA HEWAN
Klik disini
4. SISTEM PENCERNAAN PADA HEWAN MAMALIA
Klik disini
5. SISTEM RESPIRASI
Klik disini
6. SISTEM PEREDARAN DARAH PADA HEWAN
Klik disini
7. DARAH
Klik disini
Coba disini
https://drive.google.com/folderview?id=0B01EoF6kSj62QW9fdVJSQ0pQSVk&usp=sharing
1. PENDAHULUAN
Klik disini
2. FISIOLOGI SEL
Klik disini
3. MAKANAN DAN ENERGI
Klik disini
4. SISTEM PENCERNAAN PADA HEWAN
Klik disini
4. SISTEM PENCERNAAN PADA HEWAN MAMALIA
Klik disini
5. SISTEM RESPIRASI
Klik disini
6. SISTEM PEREDARAN DARAH PADA HEWAN
Klik disini
7. DARAH
Klik disini
Selasa, 08 September 2015
MEKANISME DAN FISIOLOGI TERBANG PADA BURUNG. AKMAL YUSRIZAL., DVM, MSi
PENDAHULUAN
Para evolusionis menyatakan bahwa burung adalah keturunan reptil. Padahal, model evolusi yang berkembang tidak mampu menjelaskan satu pun dari gerak tubuh burung, yang memiliki bentuk sangat berbeda dengan hewan menyusui. Bagian tubuh utama dari burung, yakni sayap, merupakan rintangan besar untuk menjelaskan teori evolusi (Douglas, 1997).
KLIK DISINI
KLASIFIKASI, PENYEBARAN DAN TINGKAH LAKU TRENGGILING (M. javanica). AKMAL, Y., DVM, MSi
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan potensi sumber daya alam khususnya satwa, merupakan hal yang strategis terutama bila dikaitkan dengan potensi unggulan di setiap daerah. Hal ini mengingat Indonesia sangat kaya dengan keanekaragaman hayati akibat letak secara geografis di lintasan garis khatulistiwa. Meningkatnya jumlah populasi manusia dari tahun ketahun, mengakibatkan pemanfaatan sumber kekayaan alam baik melalui eksploitasi maupun pembukaan hutan untuk dijadikan wilayah perumahan, perindustrian, pertanian, dan sebagainya semakin meluas. Eksploitasi yang dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan dapat menyebabkan kerusakan hutan, polusi air maupun udara, dan sebagainya. Kerusakan hutan dapat mengakibatkan beberapa jenis satwa terancam keberadaannya.
KLIK DISINI
DISTRIBUSI GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI HUTAN ACEH UTARA (EKOSISTEM ULU MASEN) ACEH. AKMAL Y., DVM, MSi
PENDAHULUAN
Di Asia Tenggara, penggundulan hutan tropis terus terjadi pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan (Santiapillai & Jackson, 1990; Achard et al., 2007; Hansen et al., 2009b; Linkie et al., 2009). Mamalia yang berbadan besar, habitat yang tergantung pada luas area untuk kebutuhan makanan mereka, apabila ada perubahan pada habitat aslinya maka akan mengalami gangguan (Leimgruber et al., 2003; Shannon et al., 2009). Pergantian hutan primer ke lahan pertanian yang berlimpah nutrisi dan tanaman yang kaya energi disebut dengan hutan sekunder dapat dimanfaatkan bagi herbivora yang berbadan besar dengan kebutuhan pakan lebih tinggi. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) menjadi hama bagi lahan pertanian di seluruh jangkauannya kerena habitat aslinya sudah berubah oleh konversi hutan (Choudhury, 1999; Zhang & Wang, 2003; Rood et al., 2008).
KLIK DISINI
MEKANISME KONTRAKSI OTOT. Akmal Y., DVM, MSi
PENDAHULUAN
Hampir semua jenis makhluk hidup memiliki kemampuan untuk melakukan pergerakan. Fenomena pergerakan ini dapat berupa transport aktif melalui membran, translokasi polimerase DNA sepanjang rantai DNA, dan lain-lain termasuk kontraksi otot. Pada makalah ini, fokus perhatian kita adalah otot lurik (striated). Di samping itu, otot halus juga dibahas sedikit karena sebagian besar mekanismenya mirip dengan mekanisme otot lurik. Untuk dapat menjelaskan mekanisme kontraksi otot, pertama-tama struktur otot akan dibahas.
KLIK DISINI
Kuda bisa tidur sambil berdiri. Akmal Y., DVM, MSi
Kuda bisa tidur sambil berdiri.
Rahasianya ternyata terletak pada tulang kaki kuda. Tulang kaki kuda memiliki kemampuan untuk "mengunci" selama tidur. Kuda memiliki stay apparatus dari kaki depan dan reciprocal apparatus dari kaki belakangn menghasilkan suatu dukungan yang fleksibel dan cukup elastis pada fetlock. Berkat kemampuanaya itu, kuda dapat tidur sambil berdiri tanpa terjatuh, dan juga mampu membawa beban berat.
Kaki kuda diciptakan tidak hanya untuk dapat membawa beban berat, tetapi juga untuk berlari cepat. Selain itu, terdapat mekanisme pada tulang dan otot kaki mereka yang menurunkan jumlah tenaga yang dikeluarkan ketika mereka berlari semakin cepat dan meningkatkan kemampuan bergerak.
Fungsi mekanisme ini mirip dengan gigi porsneling pada mobil. Seperti mobil yang beralih pada porsneling lebih tinggi ketika semakin kencang, kuda pun beralih pada "porsneling" lebih tinggi jika ingin berlari lebih cepat. Saat tenaga yang diperlukan untuk mendorong menurun, maka kemampuan geraknya meningkat.
Sabtu, 05 September 2015
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) dan Kontrak Perkuliahan FISIOLOGI HEWAN
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
1.
Mata Kuliah : FISIOLOGI
HEWAN.
2.
Kode Mata Kuliah : KMB-014.
3.
Waktu Pertemuan : 90 menit.
4.
Pertemuan Ke : 1
5.
Standar Kompetensi : Memahami proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh hewan dan aktivitas
hidup yang terjadi pada
hewan.
6.
Kompetensi Dasar : Mahasiswa mengerti tentang aturan akademik, kontrak kuliah,
serta bisa memahami struktur dan
pendahulua
fisiologi hewan.
7.
Soft Skill : komitmen untuk
belajar, semangat, komukasi, bekerjasama serta toleransi.
8.
Materi Pokok : Pendahuluan, kontrak kuliah.
9.
Indikator :
1. Ruang lingkup
materi perkuliahan,
2.
Strategi perkuliahan,
3.
Penjelasan tentang sumber belajar fisiologi hewan (referensi), dan
4.
Menetapkan bersama tata
tertib perkuliahan
10. Outcomes yang diharapkan : Bersikap akademis
11.
Model Pembelajaran : Pertemuan Kelas
12.
Aktifitas Pembelajaran :
Latihan Pengembangan
klik DISINI
Kontrak
Perkuliahan/Pedoman Perkuliahan Mahasiswa
FISIOLOGI HEWAN
Pengajar : drh.
Yusrizal Akmal, M.Si
Program Studi :Pendidikan Biologi
Semester : V/A
klik DISINI
Kamis, 03 September 2015
ALAT INDERA, Akmal, Yusrizal. DVM, MSi
ALAT
INDERA
Akmal, Yusrizal. DVM, MSi
Indera
pada manusia berfungsi sebagai reseptor atau penerima rangsang saraf. Rangsang
yang datang dapat berupa sentuhan, suara, cahaya, rasa, bau, yang dapat
dideteksi oleh masing masing indera manusia, yaitu :
1).
Kulit
Dekat
permukaan kulit terdapat reseptor yang dapat mendeteksi sentuhan halus,
reseptor tersebar tidak merata. Setiap sentimeter persegi kulit ujung jari terdapat
100 reseptor, sedangkan bagian belakang tangan hanya 10 reseptor.
Pada
berbagai vertebrata dapat menanggapi perubahan suhu. Ujung saraf pada kulit dan lidah merubah pola
aktifitas neuronnya ketika terjadi perubahan suhu
di sekitarnya. Reseptor panas (thermoreseptor) menghasilkan impuls saraf sebagai akibat peningkatan suhu
lingkungan, reseptor dingin segera menghasilkan
impuls saraf ketika suhu ujung saraf turun. Pada ular, perubahan suhu lingkungan digunakan untuk mendeteksi
mangsanya.
2).
Telinga
Kemampuan
untuk mendengar ialah kemampuan untuk mendeteksi vibrasi
mekanis yang kita sebut bunyi. Vibrasi ini dapat mencapai manusia melalui udara. Telinga luar berfungsi
mengkonsentrasikan gelombang suara, kemudian
masuk ke saluran pendengaran dan memukul gendang telinga (membran timpani), sehingga
berfibrasi. Selanjutnya vibrasi ini dilanjutkan ke tiga
tulang kecil yang disebut osikel juga berfungsi mengkonsentrasikan
vibrasi.
Telinga
tengah penuh dengan udara dan dihubungkan ke udara luar oleh tabung Eustachius ke dalam
nasofaring. Vibrasi mekanis dari osikel paling dalam
(sanggurdi) ditransmisikan melalui membran yang fleksibel (jendela oval) ke koklea (telinga bagian dalam, beruba
tabung panjang sekitar 3 cm yang menggulung
seperti rumah siput dan berisi limfa).
Di dalam
ruangan konlea bagian dalam atau tengah, terletak organ corti, yang
berisi ribuan sel “rambut” peka yang merupakan reseptor fibrasi sebenarnya.
Sel- sel rambut ini terletak di
antara membran
basilar dan membran tektorial. Vibrasi dalam cairan koklea menimbulkan
vibrasi dalam membran basilar. Hal ini menggerakan sel-sel rambut peka itu
terhadap membran tektorial, dengan demikian menstimulasinya. Impuls listrik
yang timbul dalam sel-sel ini kemudian mengawali impuls saraf yang menjalar
kembali sepanjang saraf auditori ke otak. Telinga merupakan reseptor
indera istimewa yang tepat dan serbaguna.
Banyak
orang muda dapat mendengar bunyi dengan frekuensi serendah 16 sampai setinggi
20.000 hertz (putaran per detik). Telinga juga dapat mendeteksi : (1) posisi
tubuh yang berhubungan dengan gravitasi dan, (2) gerakan tubuh. Gambar 8-11. Irisan
Memanjang Telinga dan bagian-bagiannya
3). Mata
Mata
manusia berbentuk agak bulat. Mata dibalut oleh tiga lapis jaringan yang
berlainan. Lapisan luar, yaitu lapisan sklera, sangat kuat, berwarna putih (putih
mata) kecuali di depan. Lapisan ini membentuk kornea yang bening, yang berfungsi
menerima cahaya masuk ke bagian dalam mata dan membelokkan berkas cahaya
sehingga dapat difokuskan. Permukaan kornea tetap basah dan bebas debu karena
sekresi dari kelenjar air mata.
Lapisan
tengah mata, yaitu lapisan koroid, amat berpigmen dengan melanin dan
sangat banyak pembuluh darah. Lapisan ini berfungsi untuk menghentikan refleksi
berkas cahaya yang menyimpang di dalam mata. Di bagian depan mata, lapisan
koroid membentuk iris. Iris juga dapat berpigmen dan bertanggungjawab
terhadap “warna” mata. Suatu bukaan, yaitu pupil (biji mata)
ada di tengah iris. Besarnya bukaan berbeda-beda dan dikendalikan secara otomatis.
Pada cahaya suram (saat ada bahaya), pupil membesar agar cahaya lebih banyak
masuk ke mata.
Pada
cahaya terang, pupil mengecil, untuk mencegah cahaya masuk berlebihan. Lapisan
dalam mata ialah retina. Terdiri atas reseptor cahaya (fotoreseptor)
yang sesungguhnya, yaitu batang dan kerucut, fungsinya sama seperti film pada
sebuah kamera.
Lensa
mata terdapat
tepat dibelakang iris. Posisi lensa dipertahankan oleh ligamen suspensori.
Biasanya lensa ditahan dalam tegangan sehingga sesuai dengan itu lensa memipih.
Akan tetapi , kontraksi otot yang melekat pada ligamen-legamen tadi
mengistirahatkannya sehingga membiarkan lensa itu berbentuk hampir seperti
bola. Perubahan bentuk lensa ini memungkinkan mata untuk mengubah fokusnya
(berakomodasi) dari obyek yang jauh ke obyek yang dekat atau sebaliknya.
Iris dan
lensa membagi
bagian dalam bola mata menjadi dua ruang utama. Ruang anterior berisi cairan
mengandung air, yaitu humor aqua; ruang posterior berisi bahan
seperti jeli yang teramat jernih, yaitu humor vitra. Gerakan bola
mata dilakukan oleh tiga pasang otot, aksi otot-otot yang terkoordinasi
memungkinkan mata digerakkan ke segala arah. Kalau lensa ataupun kornea
mempunyai ketidakteraturan dalam lekukannya, semua berkas cahaya yang memasuki
mata tidak difokuskan bersama-sama, cacat ini dinamakan astigmatisme.
Jika bola mata terlalu pendek, atau lensanya terlalu pipih atau terlalu tidak
fleksibel , berkas cahaya yang memasuki mata tidak dapat difokuskan saat
mengenai retina, hal ini disebut berpenglihatan
jauh dan
dapat dibantu dengan kaca mata dengan lensa cembung. Sebaliknya bila
mata terlalu panjang, atau lensanya terlalu membola dapat menyebabkan berpenglihatan
dekat. Bayangan obyek yang jauh difokuskan di depan retina dan
menjauhi fokus lagi sebelum cahaya itu benarbenar mengenai retina.
Kelainan ini dapat dibantu dengan kaca mata dengan lensa cekung. Lensa
mata yang memburam disebut katarak.
Mata
Cephalopoda dan Arthropoda. Pasangan mata cephalopoda (misalnya gurita,remis)
memiliki struktur dan fungsi yang kuat seperti mata vertebrata, termasuk
penempatan kornea, pupil, lensa, retina, dan bagian lain. Perbedaannya terletak
pada memfokuskan obyek, pemrosesan saraf dan anatomi, evolusi mata kamera pada
vertebrata dan invertebrata laut disebabkan luas area permukaan untuk mengatur
pigmen yang terlihat dan pada jaringan –kerja saraf untuk memulai pemrosesan
informasi visual. Sebaliknya, pada arthropoda seperti serangga, laba-laba dan
udang, memiliki mata majemuk yang disusun oleh beberapa unit optik yang disebut
omatidia. Masing-masing omatidium, diarahkan terhadap sudut yang berbeda dan untuk
maksud melihat bagian dunia yang berbeda. Pada omatidia kepiting cahaya masuk
melalui suatu lensa kedalammkelompok sel sensori (sel rerinular) yang memiliki
molekul pigmen penglihatan yang tesebar pada sejumlah mikrovili (secara
keseluruhan disebut rhabdomer). Ketika molekul pimen distimulasi, pembawa pesan
kedua dapat berperan, sel retinular mengalami depolarisasi, dan sel esentrik
tungga omatid menghasilkan dan menjalarkan impuls saraf ke otak. Mata majemuk
arthropoda berperan sebagai kumpulan lensa, cermin parabola, dan pemandu cahaya
yang membias, terpusat, dan
mendeteksi
tingkat cahaya yang rendah dan membantu penglihatan kedalaman yang baik.
4).
Lidah
Agar
suatu zat terasakan, zat tersebut harus larut dalam kelembaban mulut. Zat
tersebut dapat menstimulasi kuncup rasa (taste buds), hanya jika berada
dalam suatu larutan. Pada permukaan lidah manusia terdapat sekitar 10.000
kuncup rasa, beberapa diantaranya ditempatkankan pada papila lidah. Setiap
kuncup rasa memiliki kelompok sel reseptor rasa (gustatori). Lidah memiliki
reseptor untuk empat rasa yaitu manis, asin, asam dan pahit, masing-masing
ditempatkan pada zona tertentu di lidah. Ketika suatu larutan sampai dilidah,
beberapa senyawa berikatan kepada reseptor molekul pada permukaan mikrovili,
selanjutnya ion Ca dilepaskan, kemudian ion Na dan K mengalir ke dalam reseptor
rasa, dan neurotransmiter dilepaskan pada ujung yang berlawanan. Hal ini
merupakan aliran ion melintasi epitelium, dan menyebabkan saraf sensori
postsinaptik terdekat meningkatkan frekuensi dalam menghasilkan dan menjalarkan
impuls saraf, dengan demikian otak dapat menerima impuls tersebut dan
menterjemahkan rasa tertentu yang diterima lidah.
5).
Hidung
Reseptor
olfaktori sangat sensitif terhadap konsentrasi rendah bau-bauan di lingkungan.
Pada saluran hidung vertebrata, reseptor olfaktori terletak pada lembaran tipis
dari epitelium olfaktori. Reseptor ini merupakan neuron yang sebenarnya, ujung
paling luar setiap reseptor disusun mikrovili, yang menanambah area permukaan
dan mengandung reseptor molekul. Ujung paling dalam merupakan sebuah akson yang
membawa impuls saraf. Pada vertebrata
darat
termasuk manusia, molekul bau-bauan memasuki saluran hidung dan berikatan pada
protein pengikat-bau (Odorant Binding-protein/OBP) yang keluar dari
kelenjar tipis di dekatnya. Protein ini selanjutnya membawa molekul bau ke neuron
olfaktori.
Para
ahli biologi memperkirakan, pada epitelium olfaktori terdapat 10 tipe sel
reseptor, dan masing-masing bau memiliki afinitas dan dapat menempel pada tipe-tipe sel tersebut. Jika
molekul bau berikatan pada molekul reseptor glikoprotein, serta merta terjadi serangkaian
proses yaitu menyebabkan pembawa pesan (siklik AMP atau GMP) berikatan dan
membuka saluran protein pada membran sel. Selanjutnya menyebabkan ion Na+ memasuki
sel reseptor dan merubah keadaan polarisasi, impuls saraf juga dapat dihasilkan
secara cepat maupun lambat. Selanjutnya respon pada sel reseptor olfaktori
ditingkatkan, yang terdapat sebagai beberapa sistem sensori. Perubahan pada
pola perjalanan impuls menuju olfaktori bulb di otak, tempat dimulainya
pemrosesan informasi. Serabut saraf dari
olfaktori bulb ini bercabang dua pada bagian otak yang melibatkan memory dan
mood,, yaitu hipokampus dan sistem limbik. Hal ini dapat menjelaskan,
bagaimana bau-bauan kadang-kadang dapat memicu memory (ingatan) dan mood
(suasana hati).
MASTITIS PADA SAPI PERAH
MASTITIS PADA SAPI PERAH
Radang ambing (mastitis) pada sapi perah merupakan radang yang bisa bersifat akut, subakut maupun kronis, yang ditandai oleh kenaikan sel di dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air susu dan disertai atau tanpa disertai patologis pada kelenjar mammae.
https://drive.google.com/file/d/0B01EoF6kSj62YWhHTXlPbHNmRmM/view?usp=sharing
Koksidiosis dan Necrotic Enteritis. Akmal Yusrizal, drh, M.Si
Koksidiosis dan Necrotic Enteritis
Akmal Yusrizal, drh, M.Si
Koksidiosis dan necrotic enteritis (NE) merupakan penyakit yang sama-sama menyebabkan kerusakan di saluran percernaan, terutama di usus. Tidak sedikit kita sering dikecohkan oleh kedua penyakit tersebut. Identifikasi secara seksama dan teliti menjadi solusi dalam mengindentifikasi kedua penyakit ini.
https://drive.google.com/file/d/0B01EoF6kSj62NlVldTJRaVBOajg/view?usp=sharing
GAGAL GINJAL PADA ANJING
https://drive.google.com/file/d/0B01EoF6kSj62NEFpdlpZdEl1SGc/view?usp=sharing
DEMODECOSIS DAN ANAPLASMOSIS
DEMODECOSIS DAN ANAPLASMOSIS
Yusrizal Akmal, drh, M.Si
https://drive.google.com/file/d/0B01EoF6kSj62VER1V2FXc2ZxMjg/view?usp=sharing
DETEKSI ANTIGEN VIRUS RABIES PADA JARINGAN OTAK DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA. Yusrizal Akmal, drh, M.Si
DETEKSI ANTIGEN VIRUS RABIES PADA JARINGAN
OTAK DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA
Yusrizal Akmal, drh, M.Si
ABSTRAK
Yusrizal Akmal, Laporan Koasistensi Patologi Dirofilariasis (dibawah bimbingan Dr. Drh. Fadrial Karmil, MP)
Sejumlah 46 organ otak yang diduga terinfeksi rabies telah dipakai dalam penelitian ini. Sampel tersebut berasal dari BBV Maros (16 buah), BPPV Regional I Medan (8 buah), dan BPPV Regional II Bukittinggi (22 buah). Organ otak tersebut difiksasi dalam larutan Buffered Neutral Formalin (BNF) 10% dan telah diproses sebagai blok paraffin dengan metode standar. Jaringan otak dipotong 3 μm dan diwarnai secara imunohistokimiawi (IHK) dengan metode streptavidin-biotin peroksidase dan antigen divisualisasikan dengan substrat amino-ethyl carbazole (AEC). Sebanyak 28 dari 46 sampel tersebut (60,9%) dinyatakan positif dengan teknik IHK. Apabila hasil tersebut dibandingkan dengan metode standar untuk rabies yaitu Fluorescent Antibody Technique (FAT) maka sensitifitas dan spesifisitas relatif untuk IHK yaitu 66,7% dan 77,8%.
https://drive.google.com/file/d/0B01EoF6kSj62MFRHMExXWGdvNUk/view?usp=sharing
suhunya hewan homoiterm
Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal
ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknyasehingga dapat mengatur suhu
tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkunganyang
berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai
variasitemperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin,
faktor lingkungan, faktor panjangwaktu siang dan malam, faktor makanan yang
dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan airHewan berdarah panas adalah hewan
yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentuyang konstan biasanya
lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang
melaluiproses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi
berfungsi menjaga suhu tubuhagar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas
adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yangberdarah dingin adalah hewan yang
suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnyaSuhu tubuh
tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau
diabsorbsi denganpanas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara
radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.Radiasi adalah transfer energi secara
elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambatdengan kecepatan cahaya.
Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padatyang
berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang
suhunya tinggikebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah
suatu perambatan panas melalui alirancairan atau gas. Besarnya konveksi
tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasimerupakan konveksi
dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas
karenaevaporasi . Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu
lingkungan. Sebagaicontoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan
meningkatkan laju metabolisme dengan perubahanhormon-hormon yang terlibat di
dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misalpada lebah
madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya.
Hasilmetabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam
sarangnya.Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu
lingkungan.Beberapa adaptasihewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya
adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia,otot, dan modifikasi sistim
sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit
dancountercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi
kehilangan panas tubuh. Perilakuadalah hal yang penting dalam hubungannya
dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyiditemukan pada beberapa
hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropisuntuk
menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh.
Sebagaicontoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju
metabolisme dengan perubahanhormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga
meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misalpada lebah madu), adaptasi
terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasilmetabolisme
lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.
Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi
1.
Adaptasi MorfologiAdaptasi morfologi adalah
penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhanorganisme hidup.
Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing
dantajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau,
biri-biri, domba dan lainsebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya
lebih banyak dipakai untuk memotong rumput ataudaun dan mengunyah makanan.2.
Adaptasi FisiologiAdaptasi fisiologi adalah
penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yangmenyebabkan adanya
penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.Contoh
adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya
kantung air dipunuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang
pasir dalam jangka waktu yang lamaserta pada anjing laut yang memiliki lapisan
lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.3.
Adaptasi Tingkah LakuAdaptasi tingkah laku
adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku
terhadaplingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna
kulit sesuai dengan warna yangada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk
menyembunyikan diri.
Termoregulasi pada Manusia
Termoregulasi manusia berpusat pada
hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengaturatau penyusun sistem
pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen
sertatermoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang
konstan biasanya lebih tinggidibandingkan lingkungan sekitarnya.Mekanisme
pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh
yangsaling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua
jenis sensor pengatur suhu,yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda
tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di
dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima
langsungdikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik
yang mengatur pengeluaranpanas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung,
paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadiumpan balik, dimana isyarat,
diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredarandarah .
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi,
berkeringat yang menyejukkan badan. Melaluievaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh
agar tetap konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di bagiankulit. Kontriksi
pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah
satu carauntuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia menggunakan baju
merupakan salah satu perilakuunik dalam termoregulas
CARA MEMBUNGKUS KAIN KASA (PERBAN) YUSRIZAL AKMAL, DVM, MSi
CARA
MEMBUNGKUS KAIN KASA (PERBAN)
YUSRIZAL AKMAL, DVM, MSi
KATA PENGANTAR
Fuji
dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “CARA
MEMBUNGKUS KAIN KASA (PERBAN)”.
Penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis, dalam hal
ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dan
inovatif dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya
penulis memanjatkan do’a kehadirat Allah SWT, semoga kita semua berhasil
mencapai apa yang dicita-citakan dan melimpahkan rahmat dan karunianya kepada
kita semua, amin.
Banda Aceh, April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iii
PENDAHULUAN................................................................................................ 1
MATERI DAN METODE.................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................ 7
KESIMPULAN................................................................................................... 15
DAFTAR KEPUSTAKAAN.............................................................................. 16
PENDAHULUAN
PEMBALUTAN
Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh
tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki. Dengan
tujuannya menahan sesuatu – misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka,
dan sebagainya – agar tidak bergeser dari tempatnya, menahan pembengkakan
(menghentikan pendarahan: pembalut tekanan), menunjang bagian tubuh yang cedera,
menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak dan menutup bagian tubuh agar
tidak terkontaminasi. Beberap macam pembalut mitella (pembalut segitiga), dasi (cravat),
pita (pembalut gulung), plester (pembalut berperekat), pembalut lainnya dan
kasa steril.
Mitella (pembalut segitiga) terbuat dari
kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki
antara 50-100 cm. Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada,
siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.
Dasi (cravat) Merupakan mitella
yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk pita dengan
kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm. Pembalut ini biasa
dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang,
ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.
Cara membalut: Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya
dapat diikatkan/ Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara
sebelum diikat arahnya saling menarik. Kedua ujung diikatkan secukupnya.
Pita (pembalut gulung) dapat terbuat
dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering
adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta tidak
mudah kendor.
Macam ukuran lebar pembalut pita dan penggunaannya: 2,5 cm : untuk
jari-jari, 5 cm : untuk leher dan
pergelangan tangan, 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan
kaki, 10 cm : untuk paha dan sendi pinggul dan 10-15 cm : untuk dada, perut dan
punggung.
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki): Sangga anggota badan yang cedera
pada posisi tetap.Pastikan bahwa perban tergulung kencang. Balutan pita
biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari
proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari
distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang
lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus
2 kali. Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan
tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap
balutan menutupi duapertiga bagian sebelumnya. Selesaikan dengan membuat
balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti atau jepitan perban.
Plester (pembalut berperekat), Pembalut ini
untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk
merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung dengan plester
disebut strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke
proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya
difiksasi dengan plester. Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai
plester yang sudah dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik
(Tensoplast, Band-aid, Handyplast dsb).
Cara membalut luka terbuka dengan plester: luka diberi antiseptik, tutup luka dengan
kassa, dan baru letakkan pembalut plester.
Pembalut lainnya Snelverband: pembalut pita
yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru dibuka saat akan
digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar dan Sofratulle:
kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan untuk menutup
luka-luka kecil.
Kassa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan
dan dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum
digunakan. Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau
diobati (misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut
atau diplester.
Prosedur
Pembalutan
Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan ini, Pilih jenis pembalut
yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi. Sebelum dibalut, jika luka
terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung
desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi Tentukan posisi
balutan dengan mempertimbangkan.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Kata ‘pembalut luka’ dan perban sering
digunakan secara bersamaan. Faktanya, kata ‘pembalut luka’ lebih tepat
digunakan sebagai lapisan pertama perban yang berlekatan dengan luka. Pembalut
luka harus selalu steril. Perban terdiri dari : lapisan pertama
(pembalut luka), lapisan kedua (yang
membantu penyerapan eksudat dan menahan lapisan pertama), dan lapisan ketiga
(yang membantu melindungi perban dan membantu menahan perban).
Peraturan
Umum dalam Pemasangan Perban
Cuci kedua tangan. Hati-hati jangan sampai
menyebarkan kontaminasi melalui rambut atau bekas luka yang ada di tangan. Juga
jangan lupa untuk mencuci tangan setelah memasang perban. Letakkan semua peralatan yang
diperlukan berdekatan dan mudah diraih, termasuk gunting, sabun tangan jika
diperlukan, perban dan alat penting lainnya. Jika membuka perban lama, segera tampatkan ke dalam
kantong sampah, juga semua kapas dan swab yang digunakan untuk membersihkan
luka. Jika hendak memperban tungkai bawah, disarankan untuk memperban seluruh
kaki. Hal ini akan menghindari pembengkakan.
Jika hendak memperban angota gerak, mulai dari
bagian distal untuk menghindari pembendungan aliran darah. Buka perban sedikit saja. Ini
akan memudahkan perban untuk dipasang, juga lebih mudah dikendalikan.
Aplikasikan perban dengan kencang, dengan cara ½ atau 2/3 bagian perban
digulung secara overlap. Hati-hati jangan sampai terlalu kencang (terutama
perban yang elastic) yang dapat menyebabkan menganggu sirklasi, tapi cukup
kencang untuk mencegah perban terlepas dan jatuh. Hindari melekatkan perban ke
kulit atau rambut hewan kecuali pada saat memperban ekor, dimana rambut
diperlukan untuk menahan perban.
Jika hendak memperban lengan yang patah, ikut
sertakan persendian dia atas dan dibawah bagian yang patah. Ini akan
menghindari terbentuknya udema pada bagian distal karena adanya incoorporasi. Dimana memungkinkan, potong
perban dengan gunting tajan dan rekatkan dengan menggunakan perekat. Jangan
menggunakan klips, pin atau pun perban elastic. Pilihlah perban dengan hati-hati. Pastikan anda
menggunakn tipe perban yang tepat. Pilihlah perban dengan lebar yang sesuai.
Panjang perban dapay disesuaikan dengan keadaan.
Alasan
Penggunaan Perban.
1. PROTECTION
(Perlindungan)
a.
Untuk
menghindari fraktur sederhana menjadi lebih parah seperti fraktur campuran.
b.
Menghindari
dari penjilatan, penggarukkan, penggigitan dan bentuk mutilasi lainnya.
c.
Melindungi
dari infeksi dan kontaminasi lebih jauh.
d.
Menahan
kapas, obat topical dan kompres dingan agar tetap pada tempatnya.
2. SUPPORT (Menahan)
a.
Untuk
meningkatkan mobilitas.
b.
Untuk
mengurangi bengkak dan rasa sakit.
c.
Penahan
tambahan untuk fiksasi internal pada penanganan fraktur.
3. COMPRESSION BANDAGES (Perban Penyerap)
a.
Sebagai
pertolongan pertama pada pendarahan.
b.
Pada post
operasi berguna sebagai pencegahan pembengkakan meluas, juga mengurangi dan
menghindari udema.
c.
Tourniquet
juga merupakan conton perban penyerap. Yang digunakan untuk menghentikan
pendarahan tourniquet hanya boleh dipasang 15 menit pada satu daerah kemudian
harus dilepas paling tidak selama 1 menit, atau akan menyebabkan nekrosa karena
tertahannya aliran darah.
4. IMMOBILISATION (Immobilisasi atau Fiksasi)
a.
Pada
fraktur lengan untuk mencegah trauma yang meluas atau kerusakan jaringan lunak.
b.
Pada
lengan, untuk menolong percepatan penyembuhan pada luka terbuka yang dekat
dengan persendian, diman tidak diharapkan adanya pergerakan berlebihan.
c.
Pada
lengan, apabila terjadi fraktur gabunagn dan/atau dekat dengan persendian
sehingga diperlukan istirahat total.
d.
Apabila
penanganan internal fraktur tidak mencukupi, penahan ekstra dari perban mungkin
dibutuhkan.
5. STRAPPING (Ligasi atau Pengikat)
a.
Untuk
menahan kanul intravenous (IV) agar tetap di tempatnya.
b.
Untuk
menjaga jalan cairan pada lengan dan prosedur lainnya.
c.
Untuk ‘mengikat’
perban Robert Jones dan perban yang serupa.

Langkah
Pemasangan Robert-Jones Bandage
d.
Untuk
menahan perban ekor ke pangkal ekor ketika diperlukan.
e.
Untuk
menyatukan kedua ujung telinga ke atas kepala anjing pada perban telinga dan
kepala.
Note : Buat pasien senyaman
mungkin, ditandai dengan dapat makan dam minum dengan leluasa. Pasien yang
dapat bergerak leluasa ditandai dengan dapat melakukan defekasi dan urinasi
tanpa terhalang, tanpa mempengaruhi lama penyembuhan.
Tipe-tipe Perban
1. Padding (Pengisi)
Penting untuk perban kaki untuk membalut sekitar mata kaki, tumit
dan cakar (jika ada). Wool katun ideal untuk jenis perban ini, terutama yang
berbentuk lembaran panjang. Harus diingat, wool katun adalah serat alami dan
akan menyerap cairan, terutama dari kaki yang berkeringat dan bisa menjadi
cukup padat. Oleh karena itu penting untuk mengganti perban secara teratur
untuk mencegah terjadinya luka skunder. Lapisan tambahan juga disarankan untuk
daerah dengan tekanan tinggi, seperti siku dan perlekatan perban pada lengan.
Bentuk lain dari perban ini adalah katun kapas (suatu lapisan wool
katun diantara dua lapisan kapas tipis). Perban ini cocok digunakan pada saat
pengompresan. Wool katun tidak boleh dipasang langsung pada luka, karena akan
meninggalkan serat kapas pada luka. Jika katun dipasang diatas pembalut luka,
ini berguna untuk menghindari luka dibalut terlalu ketat dan juga untuk
menyerap cairan eksudat yang berasal dari luka.

Padding Bandage
2. CONFORMING (Elastis)
Perban conforming yang sebenarnya adalah perban yang dapat ditarik
maksimum, elastis dan tidak robek saat ditarik. Perban conforming merupakan
perban revulisioner, karena kemampuannya untuk mengikuti gerakan dasar tubuh.
Perban ini tersedia dalam banyak tipe dan berat, tergantung derajat penahan
yang dibutuhkan.
Perban conforming memiliki beberapa isi elastic, sehingga tidak
boleh dipakai terlalu ketat, sehingga dapat menggangu sirkulasi. Penting untk
diingat, apabila dipakai bersamaan dengan padding, maka perban harus dipasang setidak
ketat mungkin dan dapat ditolerir oleh pasien.
3. NON CONFORMING (Tidak Elastis)
Biasanya perban katun, sesuai dengan namanya, tidak memiliki daya
rengang yang besar. Sehingga perban jenis ini tidak disarankan untuk kontur
hewan, tanpa dipasang memutar dan berlapis secara akurat, yang memungkinkan
perban terpasang dengan baik. Untuk alasan ini, perban non-conforming jarang
dipakai sekarang, kecuali untuk menahan pipa endo-tracheal, menahan jubah bedah
veterineri dan penggunaan penting serupa lainnya.

Non-Conforming Bandage
1. COHESIVE (Perekat)
Biasanya terdiri dari conforming alami, sangat midah digunakan dan
dilapisi oleh lapisan tipis lateks yang memungkinkan untuk merekat satu sama
lain, tapi tidak ke kulit atau rambut hewan. Cohesive bersifat air permeable
(dapat dilalui oleh udara), lembut dan mudah diaplikasikan bahkan pada hewan
yang paling aktif sekalipun. Perban ini nyaman bagi hewan selama tidak
direkatkan diatas kulit atau rambut, karena hewan tidak merasa terganggu dengan
adanya perban. Karena penggunaannya yang mudah, kohesiv lebih nyaman dan mudah
dilepaskan ketika sudah tidak digunakan.
Kebanyakan
kohesiv cocok untuk lapisan atas dari perban. Tersedia pula dalam berbagai
warna cerah untuk memudahkan dalam pengkodean jika pasien perlu perban baru,
contohnya merah untuk pasien post-operasi, biru untuk pasien yang pernah
diganti sekali perbannya dan sebagainya.
2. ADHESIVE (Pelekat)
Tidak banyak digunakan sekarang semenjak
adanya perban perekat. Seperti namanya, perban ini dilapisi oleh lapisan
adhesive, yang berguna untuk menahan perban tetap di posisinya. Perban adhesive
dapat digunakan sebagai lapisan penutup, untuk meningkatkan daya tahan, tapi
ingat, perban jenis ini agak sulit untuk dibuka.
3. STOCKINETTE (Pembungkus)
Berbentuk tabung, elastic dan biasanya
berupa perban katun yang berbentuk gulungan panjang. Dapat berbentuk seperti
‘jaring’ dan tersedia dalam banyak ukurang berbeda. Sangat berguna untuk perban
badan untuk menahan pembalut luka di daerah yang lebar seperti dada, abdomen
dan lainnya. Gunakan ukuran yang sesuai, lingkari sekitar tubuh pasien buat
lubang untuk kaki pasien jika diperlukan. Aplikator metal tubular dapat
digunakan untuk memasang perban jenis ini, tapi hati-hati jangan sampai perban
merosot di daerah lengan. Perban Stockinette
yang digunakan di daerah lengan harus ditahan dengan perban tambahan diatasnya
untuk perlindungan ekstra.

Stockinette Bandage
4. TAPES (Lembaran)
Tersedia dalam banyak variasi, mulai
dari jenis zinc oksida non-strecth sampai yang hipoallergenik. Beberapa dapat
dirobek dengan mudahdan cukup transparent, cocok untuk menahan kanul IV.
Biasanya digunakan untuk perban sementara, contohnya perban pada pengangkatan
cakar, tapi akan diganti sebelum pasien sadar. Harus hati-hati dalam penggunaan
perban jenis ini, karena dapat meninggalkan noda pada hewan yag tidak akan
disenangi oleh pemilik.
GAMBAR GAMBAR DAN METODE PEMASANGAN PERBAN
1.
EAR
AND HEAD BANDAGES




2. TAIL BANDAGES




3.
FOOT
AND LOWER LIMB BANDAGES





4.
ROBERT
JONES BANDAGE


5.

THOMAS
EXTENSION SPLINT


6.
VELPEAU
SLING



7.
EHMER
SLING


8.

MODIFIED
EHMER SLING


9. CHEST BANDAGES
![]() |

10.
ABDOMINAL BANDAGES

Langganan:
Postingan (Atom)